Pasangan Ideal vs. Kenangan Abadi
Cinta dalam Dilema: Haruskah Menggapai Masa Lalu atau Melangkah ke Depan?
Siti duduk di seberangnya, sibuk mengetik sesuatu di ponselnya. Mereka sudah lama dekat—bukan sekadar teman biasa, tapi juga bukan sepasang kekasih. Banyak orang mengira mereka sudah menjalin hubungan karena mereka selalu bersama. Siti adalah sosok yang tenang, selalu ada ketika Juan butuh dukungan. Bersamanya, hidup terasa lebih sederhana dan tidak perlu banyak drama.
Namun, semuanya berubah ketika pintu kafe terbuka, dan seorang gadis dengan jaket denim masuk. Juariyah.
Sudah bertahun-tahun Juan tidak melihatnya. Dulu, mereka menghabiskan begitu banyak waktu bersama, tertawa tanpa memikirkan masa depan. Hubungan mereka tidak pernah memiliki label, tetapi apa yang mereka rasakan begitu nyata. Namun, Juariyah pergi tanpa banyak penjelasan, dan Juan berusaha melupakan semua yang mereka lalui.
Kini, dia berdiri hanya beberapa meter dari Juan. Tidak banyak yang berubah—matanya masih penuh semangat, senyumnya masih sama. Juariyah melihat Juan, lalu tersenyum tipis sebelum melangkah ke barista untuk memesan kopi.
Juan merasakan hatinya berdebar. Bersama Siti, hidupnya terasa tenang, nyaman, tanpa kejutan. Tetapi dengan Juariyah, ada sesuatu yang tidak bisa dijelaskan—seperti api kecil yang tidak pernah benar-benar padam.
Ia memegang cangkir kopinya dengan kedua tangan. Haruskah ia tetap duduk di sini, menikmati sore bersama Siti? Ataukah ia harus bangkit, mendekati Juariyah, dan mungkin mencari tahu apakah ada sesuatu yang masih tersisa di antara mereka?
Kadang, pilihan paling sulit bukan tentang siapa yang terbaik, tetapi tentang siapa yang masih mengisi ruang di hati kita.
No comments
Post a Comment